Jumat, 13 Maret 2020

Bersyukur dengan Kista Endometriosis



Bismillahirrahmanirrahiim..
Hari ini saya ingin menuliskan rasa syukur saya atas karunia Allah yang luar biasa ini kepada saya. Serta rasa syukur atas kasih sayang dari suami, keluarga dan semua pihak untuk menguatkan saya saat ini.

Ada apa dengan mu Tih ?
ya, saya baru saja mengalami hal yang cukup berat dalam kehidupan saya. "Operasi" meskipun sudah punya pengalaman dimeja operasi sebelumnya yaitu operasi caesar saat melahirkan anak pertama dan kuret saat mengalami keguguran. Tapi tetep saja itu tidak membuat saya menjadi lebih pemberani menghadapi setiap tindakan tim medis yang akan saya terima. 

Sebulan yang lalu, tepatnya hari Jumat tanggal 14 Februari 2020 saya menjalani operasi laparotomi. Ya, operasi pengangkatan indung telur sebelah kanan akibat kista endometriosis. Keputusan operasi ini mau tidak mau harus saya ambil, karena kondisi yang semakin hari semakin saya merasakan sakit yang luar biasa.

Banyak teman-teman yang bertanya sama saya, "kok bisa kena kista Tih? gimana awalnya Tih? apa yang dirasa Tih? Sakitnya disebelah mana?
saya tahu kekhawatiran teman-teman, karena hal semacam ini memang ditakutkan perempuan dan saya pribadi. Baiklah semoga sedikit dari tulisan ini bisa membantu menjawab tentang kondisi yang saya alami dan sebagai pelajaran berharga untuk  saya sendiri dan teman-teman semua.

Awal Mula 

Saya lupa..
( lupa..lupa..lupa..lupa..lupa lagi kuncinya) eeeh bukan yaa..itukan lagu 😂 hiii gak lucu

Seingat saya, awal mula rasa sakit itu udah ada sejak tahun 2017. 
Sakit perut bagian bawah, kalau orang jawa bilang "ketedun" ( baca: turun rahim), BAK gak nyaman,  sakit saat haid, ya semacam itu awal mula rasa sakitnya.

Baiklah, aku cek lah ke dokter kala itu, di USG diagnosis awalnya infeksi kandung kemih, dokter bilang akibat saya sering nahan BAK.
( Iya juga sih, memang saya sering nahan BAK terutama malam hari karna gak berani ke kamar mandi sendirian, mau bangunin suami kadang gak tega cuma suruh jagain, tapi kalo udah gak tahan banget terpaksa gangguin suami, he he).

Sampai pada tahun 2018 masih sering hilang kambuh sakitnya, dan semakin hari rasanya tambah sakit saat kambuh, di tahun ini gejalanya bertambah jadi gak nyaman saat dipakai duduk, berasa ada yang mengganjal dihati eeh. Mungkin seperti ambeien tapi saya gak ada tanda-tanda ambeien.

Saat motoran pun (sendiri ataupun bonceng) menjadi hal yang sangat tidak nyaman. Kena jalan "gronjalan" (baca: jalan bergelombang/jalan tidak rata) rasanya Subhanallah sakitnya. Apalagi kena jalan berlubang, Subhanallah.. nikmat sekali rasa sakit ini Ya Allah..

Saya ingat, pernah suatu hari joging sore niat bakar gajih yang udah menggelambir. Tapi baru lari dapet setengah putaran perut kram dan udah gak bisa dipake jalan. Ya udah terpaksa cuma duduk-duduk aja, pengin rebahan tapi malu dilihat orang. Udah tanda-tanda ke arah situ ini sebenernya tapi akunya masih menyepelekan.

Di tahun 2018 ini lebih sering sakit tapi udah gak cek dokter lagi, cuma saya berasumsi sendiri bahwa sakit ini karena pengaruh KB yang saya pakai,  karena ada benda asing di tubuh saya jadi respon tubuh saya seperti ini. Kesalahan terbesar dalam hidup ini, sering menganggap remeh sakit. Jangan terulang lagi dan jangan ditiru ya teman-teman.

Diagnosis Kista Endometriosis

Tahun 2019 semakin hari sakit ini semakin sakit rasanya, perut bagian bawah semakin hari rasanya semakin memberat. Seperti berat badan yang semakin hari semakin bertambah, timbangan geser kanan terus he he.

Kecapekan dikit udah gak bisa ditawar lagi, harus rebahan selonjorin kaki. Kadang saat lagi beri pengertian ke mba Enca, jika suatu saat di perut mama ada adik yang harus disayangi, dipeluk, dicium lalu mba Enca antusias melakukan peluk, elus dan dicium-cium perut saya itupun berasa sakit dan gak nyaman. Bayangkan, dielus dan dicium adalah hal yang menyenangkan bukan? tapi itupun rasanya sakit banget, Subhanallah.

Hampir setiap hari rasa sakit ini datang, gak mengenal tempat dan waktu lagi. Tidak cuma saat haid saja sakitnya datang, tapi sudah sewaktu-waktu dan setiap hari. Seakan udah berteman baik dengan rasa sakit ini. Jadi saya pun gak terlalu cemas.

Lagi-lagi karena udah keseringen merasakan sakit yang seperti ini, saya jadi semakin menyepelekan rasa sakitnya. Diajak suami cek dokter ogah-ogahan, nunda-nunda cek nya.

Tapi beneran, Allah itu Maha Baik. Sangat sayang kepada hamba-Nya. Suatu hari, di bulan September saat lagi belanja kebutuhan bulanan tiba-tiba rasa sakit itu datang. Subhanallah, semakin bertambah sakit dan gak bisa jalan. Bener-bener buat berdiri pun gak bisa. Mau langsung pulang gak mungkin karena parkiran yang masih lumayan jauh, lalu kami memikirkan tempat untuk rebahan sebentar. Ya, ke Musholla dulu saja, rebahan sebentar disana.

Dikuat-kuatin jalan dipapah suami menuju Musholla ditempat perbelanjaan itu. Kasian suami kala itu, sangat bingung antara mapah aku jalan sambil gendong mba Enca dan bawa belanjaan. Sampai di Musholla udah langsung ambruk dikursi. Wajah pucat dengan keringat dingin yang keluar, cerita suami kala itu yang sangat panik. Lalu dipapah lagi saya ke karpet Musholla buat rebahan.

Singkat cerita, setelah enakan lagi kami pulang. Esok hari suami maksa buat cek kandungan, baiklah saya manut. Niat dari rumah mau lepas KB aja, karena asumsi saya penyebab sakit ini karena KB yang mulai geser atau gimana-gimana.

Sore hari cek ke dokter, saya sampaikan keluhan saya. Dokter melakukan USG dan mengatakan bahwa KB saya masih bagus dan ditempat yang tepat, gak geser ataupun bermasalah. Berdasarkan keluhan saya, dokter curiga ada sesuatu. Lalu di cek lagi lebih teliti. Sakit banget rasanya ketika perut saya ditekan menggunakan alat USG tersebut.

"Subhanallah, benar dugaan saya, ibu ada kista di ovarium sebelah kanan, kista endometriosis namanya besarnya udah 7cm, tiap bulan selalu bertambah besar dan sewaktu-waktu bisa pecah", kata dokter.

Seakan kejatuhan sekoper duit dan dilempar-lempar berlian, saya dan suami kaget. Ya Allah kista kataku.

Dokter menyarankan supaya dioperasi, karena udah lumayan besar, disuntik hormon pun rasanya tidak bisa mengobati karena ukuranya udah lumayan besar. Kacau banget pikiranku saat itu. Hampir 2 minggu sedih menerima ada kista ditubuhku yang sering bikin sakit sewaktu-waktu dan diharuskan operasi. Padahal saat itu saya sedang persiapan ujian.

Saya bilang sama suami, saya mau coba yang selain operasi barangkali bisa sembuh, dan saya mau fokus ke persiapan ujian dulu. Berbagai herbal dan pola hidup yang lebih sehat saya terapkan. Alhamdulillah, ada rasa nyaman diperut ketika minum herbal tersebut. Tapi sakit itu masih suka menghampiri.

Suami ngajak cek lagi, takut semakin membesar atau pecah kistanya. Tapi saya lagi-lagi gak mau dengan alasan mau fokus ujian dulu. Karena saya sebenernya takut dan gak siap jika kenyataanya kista saya semakin memburuk.

"Bismillah yah, aku bertahan dulu dengan ini, semoga baik-baik saja, periksanya nanti saja ya kalau udah selesai ujiannya, kataku saat itu".

Jadwal ujian yang diperkirakan bulan November-Desember 2019, kenyataannya diundur sampai bulan Februari 2020. Periksa ke dokter pun saya undur juga. Bertahan dulu dengan rasa sakit ini. Bismillah, semua akan baik-baik saja.

Akhirnya Operasi Juga

Dua hari setelah ujian itu, saya dijemput suami dan bersiap pulang ke Purbalingga. Lagi-lagi Allah sangat sayang sama saya. Saat mau berangkat tiba-tiba perut sakit lagi, saya pakai tiduran dulu buat meredakan sakitnya. Tapi belum juga sembuh, terpaksa suami pulang ke Purbalingga sendiri tanpa saya dan mba Enca. Karena khawatir  perjalanan 6 jam dan sakitnya semakin menghebat diperjalanan.

Esok harinya saya coba periksa ke dokter kandungan di Klaten, dianter kakung dan adik. Diagnosis yang sama, ada kista endometriosis di ovarium kanan dengan ukuran 9cm dan harus segera dioperasi. Untuk memastikan lengket tidaknya dokter melakukan cek dalam, dan itu sesuatu yang sangat tidak mengenakkan rasanya.

Galau lagi sedih lagi saya 😌
Itupun saya masih kepengin nunda operasi lagi, karena masih ada ujian lagi dalam waktu 1-2 bulan kedepan.

Sore harinya, perut semakin sakit dan lebih parah lagi karena saya jadi gak bisa bangun. Hanya bisa rebahan saja, boro-boro mau mandi dan ngurusi mba Enca sekedar duduk buat makan dan minum saja saya kesakitan. Biasanya kalau kambuh saya pakai tiduran bisa enakan lagi, tapi ini awet banget sakitnya sampe 2 hari gak bisa bangun.

Bapak, ibu dan suami kompak buat segera tindakan operasi. Takutnya kalau malah kambuh saat saya sedang ujian nanti. Baiklah saya manut operasi meskipun dalam hati masih saja memikirkan gimana nanti persiapan ujian ku nanti. Astaghfirullohaladziim.. memang keras kepala.

Rabu Pagi saya diantar bapak dan adik pulang ke Purbalingga, perjalanan 6-7 jam, pelan-pelan karena setiap kena goncangan saya kesakitan. Sampai di Purbalingga, esok harinya saya cek ke dokter yang berbeda dengan sebelumnya dan dokter yang ketiga ini pun dengan diagnosis yang sama "kista endometriosis". Karena ukuran udah besar dan beresiko tumbuh kista lagi lebih cepat kalau hanya diambil kantung kistanya maka dokter akan mengangkat kista beserta indung telur kanan saya atau bahasa medisnya "laparotomi". Langsung saya diberi surat rujukan ke IGD saat saya siap untuk dioperasi.

Suami menguatkan hati saya, supaya siap dan sabar menghadapi cobaan ini. Bismillah, akhirnya saya mau gak mau harus menghadapi ujian di meja operasi untuk yang ketiga kalinya. Dukungan keluarga dan suami yang begitu besar kepada saya, yang membuat saya kuat.

Hari Jumat pagi pukul 10.00 WIB saya bersiap ke IGD, setelah daftar dan ngurus ini itu saya pikir operasinya paling-paling hari sabtu, jadi saya masih punya waktu semalam buat mengumpulkan keberanian. Ternyata dugaan salah, setelah saya ditanya-tanya suster kapan terakhir kali makan dan minum dan saya jawab jam 08.00 waktu sarapan, gak lama suster infokan untuk puasa dan  jadwal operasi saya hari ini pukul 15.30 WIB. Wah, tambah degdegan karena langsung mau tindakan. Bismillah Ya Allah, lancarkan. Suami pun tak henti-hentinya mengingatkan untuk tetap tenang, selalu istighfar bahwa semua akan baik-baik saja.

Pukul 15.30 saya bersiap dibawa ke meja operasi, sudah pernah merasakan dengan suasana ruang operasi seperti ini, tapi saya tetap saja takut. Saya diminta duduk membungkuk oleh dokter anestesi untuk disuntik bius lokal tepat ditulang belakang saya. Tujuannya supaya saya masih tetap sadar saat tindakan tapi tidak merasakan sakit saat operasi dilakukan. Di ruang operasi saya menggigil kedinginan, sesekali diajak bicara oleh tim medis supaya saya gak takut tapi saya menggigil. Setelah operasi selesai saya dibawa ke ruang pemulihan, disana saya diperlihatkan kista dan indung telur yang sudah diangkat tadi, akan di cek laboratorium apakah mengandung keganasan atau tidak.

Pasca Operasi

Setelah 3 jam di ruang pemulihan, akhirnya saya diantar ke ruang perawatan. Disana sudah ada bapak, ibu dan suami yang menunggu. Adik saya dirumah untuk jaga dan mengurusi anak gadis saya, karena anak kecil gak boleh ikut kerumah sakit.

Malam hari setelah bius mulai perlahan hilang, rasa sakit dan panas mulai berasa diseluruh tubuh terlebih di bekas operasi. Suhu AC yang saat itu sudah diatur yang paling dingin sekalipun tapi saya masih kepanasan. Sempat ngeluh sama suami, kok rasa sakitnya gak kayak waktu caesar melahirkan mba Enca dulu, kali ini rasanya Subhanallah bener-bener nikmat sakitnya, sakit banget.  Tanya sama suster kenapa saya masih kepanasan padahal suhu AC udah yang paling dingin, kata suster itu wajar karena efek pasca operasi tiap orang beda-beda. Ada yang menggigil tapi ada yang kepanasan. Apalagi ini caesar yang kedua yang mana bekas caesar yang pertama dibuka kembali ditambah ada luka laparotomi didalam, jadi memang rasa sakitnya dobel-dobel. Malam harinya saya gak bisa tidur, suami pun jadi ikut terjaga gak tega melihatku kesakitan dan kepanasan.

Esok hari saya udah diperbolehkan belajar miring lalu kemudian duduk. Pelan-pelan belajar miring, sakit banget memang tapi harus dilawan, supaya mempercepat penyembuhan. Setelah lepas kateter baru diizinkan belajar duduk, ini lebih sakit lagi dibandingkan saat belajar miring. Dibantu suami atau ibu untuk dapat duduk, kadang masih sempat marahin suami saat mapahnya tidak sesuai yang saya harapkan, Astaghfirulohaladziim. "Maafin ya yah 😘 ".

Hari Minggu sore setelah visit dokter dan diganti perban saya diizinkan pulang. Seneng banget karena udah sangat kangen sama mba Enca. Seminggu kemudian jadwal kontrol pasca operasi.

Nah disaat kontrol ini, saya dibacakan hasil lab dari Laparatomi kista saya. Alhamdulillah tidak tidak ada keganasan didalamnya.

Dokter menjadwalkan untuk suntik endrolin selama 3 sampai 4 bulan kedepan yang fungsinya untuk menekan hormon saya, supaya kista tidak tumbuh pasca operasi ini. Dokter juga menyarankan supaya segera program hamil lagi dengan mengandalkan satu indung telur yang sebelah kiri. Kenapa dokter menyarankan untuk segera promil, karena saya masih dihantui dengan kista yang bisa sewaktu-waktu muncul lagi dan menyerang indung sebelah kiri.

Kenapa kok bisa kena kista lagi ?
Iya,
Jadi perempuan yang mempunyai bakat kista akan tetap bisa kena lagi selama masih haid teratur. Karena kista berasal dari darah haid yang seharusnya keluar tuntas dia justru ada yang balik masuk lagi ke indung telur dan membentuk kantung. Setiap bulan saat haid kista akan semakin bertambah besar karena dapat suplay darah haid tersebut.

Dibalik musibah pasti Allah titipkan berkah.
Dibalik sakit pasti Allah pun kasih obatnya.
Karena Allah kasih cobaan itu selalu sepaket sama hikmah.

Saya bersyukur, kista saya kambuh sakitnya saat saya sudah menyelesaikan ujian. Entah sampai kapan saya akan menunda-nunda untuk operasi  jika kemaren gak sesakit itu rasanya.

Rasa syukur diberikan setiap cobaan, menikmati dan melewatinya dengan baik. Saling menguatkan dengan suami. Lebih menjaga pola hidup sehat dan harus rajin cek ke dokter minimal 6 bulan sekali  meskipun tidak ada keluhan. Dan tentunya semakin mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala.

Semoga ada pelajaran berharha yang bisa teman-teman diambil dari tulisan ini.

Purbalingga, 13 Maret 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar